Oleh : Abdul Wahid*
Syawal Bulan Menguji Predikat Takwa
SAAT takbir idul fitri 1 Syawal berkumandang, menjadi pertanda Ramadan bulan nan mulia berlalu pergi meninggalkan orang-orang yang beriman, dengan bermacam rasa dan asa, sebulan menunaikan ibadah puasa dengan berbagai amalan sunah yang mengiringinya, dengan satu tujuan meraih predikat takwa. Namun predikat takwa bukanlah hadiah cuma-cuma dari Allah, tidak semua yang berpuasa memprolehnya, dan yang meraih predikat takwa bukan pula dibiarkan begitu saja, komitmen serta keistiqomahan mereka akan diuji pada bulan Syawal.
Tiga Tipe Muslim setelah Ramadan
Bulan Syawal, secara etimologi, arti kata "syawal" adalah peningkatan. Secara makna, kata "syawal" adalah peningkatan, Bulan Syawal diartikan dengan bulan peningkatan, bulan motivasi, komitmen, dan pembuktian diri. Jangan sampai peningkatan ibadah dan kualitas keimanan selama Ramadan berhenti setelah Ramadan berlalu sehingga tidak mendapatkan hakikat syawal yang sebenar-benarnya.
Karakter muslim pasca bulan suci dengan merujuk pada firman Allah dalam Surah Al-Fatir ayat 32:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ ٱلَّذِينَ ٱصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌۭ لِّنَفْسِهِۦ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌۭ وَمِنْهُمْ سَابِقٌۢۤ بِٱلْخَيْرَٰتِ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَضْلُ ٱلْكَبِيرُ
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.” (Al-Fatir: 32)
Berdasarkan ayat tersebut, ia menjelaskan bahwa umat Islam setelah Ramadan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori:
Kelompok Terendah (zālimunlinafsih), yakni muslim yang tetap mengerjakan perintah Allah Swt. yang bersifat wajib, tetapi belum meninggalkan perbuatan haram. Mereka menzalimi diri sendiri karena belum bersungguh-sungguh menjaga diri dari larangan-larangan Allah.
Kelompok Pertengahan (muqtaṣid), Golongan ini sudah mampu mengerjakan kewajiban sekaligus meninggalkan yang haram. Namun, mereka belum sepenuhnya konsisten mengamalkan amalan sunah dan kadang masih melakukan hal-hal makruh.
Kelompok Terdepan (sābiqunabilkhairāt), inilah kelompok ideal, yakni mereka yang tidak hanya mengerjakan amalan wajib dan sunah, tetapi juga meninggalkan segala yang haram, makruh, bahkan sebagian hal yang mubah yang tidak mendatangkan manfaat. Mereka senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan. (Ustaz Hamid Muhanan, khutbah idul fitri 1445 H/2025 M)
Kemudian Apa tanda amal di bulan ramadhan diterima oleh allah? Apa tanda mendapatkan Lailatul qodar?
Tanda itu dapat dilihat dengan kasat mata, antaralain apabila setelah Ramadan selesai tetap istiqomah, tetap menjadi orang baik, tetap rajin puasa sunnah, tatap rajin bangun malam, rajin membaca Al Qur’an, rajin bershodaqoh, rajin berbuat kebaikan, hubungan dengan Allah baik, hubungan dengan manusia baik, itu adalah pertanda mendapatkan lailatul qodar dan amal ibadah selama Ramadan diterima oleh allah swt.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ar Rahman:60
هَلۡ جَزَآءُ ٱلۡإِحۡسَٰنِ إِلَّا ٱلۡإِحۡسَٰنُ ٦٠
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)
Jadi kalau seseorang berbuat baik, kemudian mau berbuat baik lagi itu adalah tanda kebaikan yang pertama diterima oleh Allah. Tapi kalau orang yang kamarin baik, sekarang rusak, sekarang buruk itu adalah tanda amal yang kemarin tidak diterima oleh Allah. Mungkin karena kita kurang ikhlas, mungkin karena tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah saw. Atau mungkin karena factor-faktor yang lainnya.
Allah berfirman dalam QS. As Syuro: 40
وَجَزَٰٓؤُاْ سَيِّئَةٖ سَيِّئَةٞ مِّثۡلُهَاۖ فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ٤٠
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim
Mari tetap istiqomah dalam beribadah. Terutama pada bulan Syawal ini usahakan dapat mengerjakan/tidak meninggalkan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal. Puasa sunnah ini boleh dikerjakan kapan saja yang penting masih dalam bulan Syawal, boleh dikerjakan secara berurutan, juga boleh tidak berurutan. Hanya saja para ulama mengatakan kalau orang yang punya hutang puasa Ramadan maka harus disahur terlebih dahulu, karena puasa Syawal ini dikerjakan setelah puasa Ramadan selesai.
Para ulama menyebut puasa Syawal ini adalah ibaratnya seperti sholat ba’diyah yang bisa menyempurnakan sholat wajib. Puasa 6 hari di bulan Syawal ini adalah amalan ba’diyah Ramadhan yang mudah-mudahan bisa menutupi kekurangan-kekurangan ibadah dalam bulan Ramadhan.
Bagaimana cara menjaga agar dapat istiqomah dalam kebaikan pasaca Ramadan, pertama Tingkat ilmu (Kecerdasan Intelektual). Ilmu adalah kunci amal, karena amal tanpa ilmu itu zonk tidak bernilai. Kemudian tingkatkan amal (Kecerdasan Spiritual). Amal seperti buah dari sebatang pohon, sedangkan pohon adalah ibarat ilmu, tiada guna sebatang pohon durian yang rindang namun tidak berbuah, ilmu yang tinggi tiada akan berarti tanpa diamalkan, dan yang ketiga bijak dalam pergaulan (Kecerdasan Sosial). Teman yang baik dapat mengantarkan ke surga, dan sebaliknya teman yang buruk akan menjerumuskan ke neraka, memilih dan memilah dalam pergaulan, dan lingkungan pergaulan akan sangat berpengaruh signifikan terhadap pola hidup dan ketaatan seseorangh dalam beragama.
Tiga kecerdasan ini akan mengantar kesuksesan dalam istiqomah menjaga nilai-nilai Ramadan disepanjang tahun, hingga akhir hayat ajal menjemput pulang kehadirat Allah.
*Dewan Pakar Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Riau