Oleh : Abdul Wahid*
Menakar Pasangan Bacalon Gubri
“Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu” John Fitzgerald Kennedy (Presiden Amerika Serikat ke-35)
Sebenarnya mau rehat sejenak menulis Opini, dan beralih menulis cerpen yang ringan dan santai saja. Namun nampaknya tidak mudah pula untuk diam ditengah hiruk pikuk berbagai diskusi tentang topik yang terus akan hangat dan viral ditengah masyarakat, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di seantero NKRI, termasuklah di Propinsi Riau.
Viral diberbagai WA Grup tentang rangkaian pertanyaan yang masuk sekitar jam 22.40 WIB tanggal 13 september 2024. Saya copykan isi pesan berantai tersebut dalam tulisan berikut ini,
[22.40, 13/9/2024] IPHI Nobel: Coba dikaji dgn betul ????????
1. Syamsuar :
~> Selamo jadi Bupati Siak 2 Periode yg diperbuatnya apa saja..??
~> Selamo jadi Gubernur Riau yg telah diperbuatnya apa saja..??
2. Abdul Wahid :
~> Selama jadi Anggota DPR RI apa saja yg diperbuatnya untuk Riau..??
3. M. Nasir :
~> Selama jadi Anggota DPR RI apa saja yg diperbuatnya untuk Riau
Agar Bapak" Dan Ibu" Serta Adek" Tidak Salah Memilih Pemimpin di Riau ni. Trims.
Membaca isi pesan tersebut terpecutlah untuk menulis jawaban terhadap apa yang ditanyakan, setelah diskusi dengan kawan anggota Bawaslu terkait tulisan yang akan dibuat, karena awak ni ASN kuatir pula melanggar ketentuan. Karena belum ada calon Pasangan Gubernur Riau yang ditetap KPU Riau, maka tidak ada aturan netralitas ASN yang akan dilanggar, tersebab aturan itu belum diberlakukan saat tulisan ini dibuat.
Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman langsung penulis dengan pasangan balon Gubri dan sumber-sumber bacaan terkait propil para tokoh yang akan mengejar takdir sebagai pasangan Gubernur Riau. Tentunya untuk menjawab pertanyaan yang viral itu, walau pertanyaan hanya terkait Balon Gubernur, dalam tulisan ini penulis melengkapi dengan pasangannya balon wakil gubernur, karena mereka satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Syamsuar dan Mawardi
Syamsuar, menyebut nama tokoh pemimpin yang satu ini tentulah sudah dikenal semua generasi di Propinsi Riau, begitu juga dengan penulis pertama kali berinteraksi dengan beliau sekitar tahun tahun 2002, Pak Syam begitu sapaan akrabnya menjabat sebagai wakil bupati Siak, urusan yang mempertemukan kami adalah tugas saya sebagai jurnalis.
Setelah itu masa Pak Syam sebagai Bupati Siak ditahun 2015, ada beberapa kali bertemu dan bertamu ke Rumah Dinas Bupati Siak, saya sebagai Ketua Umum DPW BKPRMI Riau diundang pada acara Festival Anak Soleh Indonesia (FASI) yang digelar DPC BKPRMI Siak. Setelah beliau menjadi Gubernur beberapa kali juga bertemu di Kediaman Gubernur Riau, dalam kapasitas saya sebagai Dewan Pembina DPW BKPRMI Riau dan mendampingi tokoh Nahdatul Ulama Riau.
Hanya hubungan terkait profesi dan Organisasi tidak ada hubungan lebih dekat sebagai pribadi. Beliau saya kenal sebagai sosok yang punya komitmen dalam tugas dan melayani tanpa membeda-bedakan siapa yang berurusan, sesuai prosedurnya. Pengalaman dan prestasi beliau sebagai pejabat publik tentulah sudah tidak terhitung, menapaki karir dari Kasubbag protokol di Kantor Bupati Bengkalis sampai menjadi Gubernur Riau.
Saat beliau terpilih sebagai Anggota DPR RI pada PEMILU serentak lalu, saya berpikir beliau tidak lagi kembali maju sebagai bacalon gubernur Riau, karena pencapaian karir yang telah diraih, tentulah diusianya sekarang menjadi legislator lebih nyaman. Namun pilihan beliau ternyata berbeda, semangat mengabdi rupanya masih terus berkobar.
Akan halnya bacalon wakil beliau Buya Mawardi Muhammad Shaleh, adalah seorang cendikiawan muslim sudah lama kami berinteraksi melalui perhelatan MTQ Riau, beliau selaku dewan hakim dan Ketua Dewan hakim, saya mulai bertugas sebagai sekretariat MTQ sampai jadi dewan hakim pula. Seorang cendikiawan muslim yang ilmu agamanya sudah mampuni, dipercaya sebagai Mufti Kota Pekanbaru dan Ketua MUI Kabupaten Kampar.
Saat beliau memilih maju sebagai calon anggota DPR RI dari PKS dengan mengorbankan status PNS nya di UIN SUSKA Riau, membuat saya terkejut pada awalnya, tapi setelah mendengarkan penuturan beliau pada suatu kesempatan, dapat dipahami pilihan itu memang perlu pengorbanan. Buya biasa saya sapa, memiliki krakter jiwa muda dan tidak membatasi diri dalam bergaul dengan semua tingkatan masyarakat.
Pasangan Pemimpin Berpengalaman dan Cendikiawan Bernas ini memiliki kekuatan secara pengalaman pemerintahan dan Agamis, duet kepemimpinan ini seandainya mendapat Amanah memimpin Riau kedepan, dapat membentuk pemerintahan yang se SUWAI untuk kesejahteraan rakyat, mengayomi serta membangun kehidupan beragama yang harmonis.
Abdul Wahid dan SF Hariyanto
Abdul Wahid, nama kami kebetulan sama, satu alumni pula waktu S1 saya masih IAIN Susqa Pekanbaru, sedangkan beliau sudah UIN Suska Riau. Kami tidak bertemu di kampus saat Dinda Ketua begitu biasa saya sapa mulai kuliah tahun 2000, sedangkan saya terakhir dikampus tahun 1997. Baru mulai mengenal setelah duduk sebagai Anggota DPRD Riau sekitar tahun 2009. Setelah itu beberapa kali bertemu terkait tugas saya di Kementerian Agama.
Secara pribadi kami memiliki hubungan biasa saja, beliau walau sudah menjadi legislator di DPR RI tetap santun sebagai junior di Alumni S1 maupun HMI. Berkomunikasi lewat WA maupun telepon kalau ada hal yang mau didiskusikan atau menyangkut tugas saya di Kementerian Agama.
Politisi muda yang enerjik, membangkitkan semangat anak muda khususnya alumni UIN Suska Riau untuk terjun kedunia politik di Riau. Sarjana agama juga bisa memberi warna di legislatif. Sukses memimpin DPW Partai Kebangkitan Bangsa Riau, Ketua Ikatan Keluarga Alumni UIN Suska Riau. Saat terpilih sebagai Ketua IKA UIN Suska Riau saya pribadi tidak menduga karena masih banyak alumni yang senior dilewati, namun setelah ditelisik Dinda Ketua ini Angkatan Pertama UIN Suska, sebelumya alumni IAIN Susqa.
Pengalamannya dua priode sebagai ketua fraksi PKB di DPRD Riau, dilanjutkan dengan satu priode di DPR RI tentu sudah banyak yang dilakukan sebagai wakil rakyat, dan hal itu menempa dirinya melihat sisi pembangunan yang dibutuhkan masyarakat Riau.
Berpasangan dengan SF. Hariyanto seorang berokrasi tulen yang memulai karir dari bawah hingga mencapai puncak karir sebagai Sekdaprov Riau. Kenal nama dan baru bertemu lansung saat beliau sudah menjadi Sekdaprov Riau di rumah dinas Sekdaprov. Sepak terjang sebagai orang lapangan bidang pekerjaan umum, sudah mulai terasa sejak menjabat sebagai kepala dinas PUPR Riau dan makin nyata saat menjadi Pj. Gubernur Riau. Orang yang tegas dan langsung kesasaran membuat banyak pihak yang senang, namun tentu ada juga yang terusik, penertiban asset pemprov, jalan-jalan rusak diperbaik, dan yang terbengkalai diselesaikannya.
Duet politisi muda dangan birokrat pekerja ini kalau nanti terpilih, bisa bergerak lebih cepat dan tepat dalam membangun Riau yang BERMARWAH.
M. Nasir dan M. Wardan
Muhammad Nasir, tokoh yang satu ini adalah pengusaha dan politisi Partai Demokrat Riau, pada pemilihan umum tahun 2009 beliau menjadi penomenal karena begitu banyaknya baleho gambarnya disepanjang jalan raya di Riau Dapil II DPR RI. Penulis juga terkejut karena belum pernah juga mendengar namanya dijajaran politisi Riau. Dan strategi politiknya itu mengantarkannya terpilih tiga priode sebagai Anggota DPR RI. Secara personal maupun organisasi dan institusi belum ada penulis bertemu dan kontak lansung dengan beliau, sehingga informasi tentang propilnya secara kontak pribadi tidak ada yang akan dituliskan.
Di DPR, Nasir duduk di Komisi VII yang membidangi sektor energi dan sumber daya mineral, riset dan teknologi, serta lingkungan hidup. Ia juga aktif di asosiasi industri perkebunan dan peternakan. Pada masa kerja 2014-2019 Nasir bertugas di Komisi VII yang membidangi energi sumber daya energi dan lingkungan hidup. Dan kini, kembali membidangi Komisi VII di periode 2019-2024.
Tiga priode duduk sebagai anggota DPR RI dan menjadi Pengurus DPP Demokrat, tentunya banyak hal yang telah dilakukan dalam memacu dan mendorong Pembangunan di Riau sesuai bidang Komisi penegusannya di DPR. Hal ini terbukti dengan terus terpilih tiga priode berturut-turut. Ini tentu menjadi modal kuat dalam menghadapi Pilkada Gubernur Riau nantinya. Pengalaman sebagai pengusaha, politikus dan punya jaringan secara nasional, memantapkan dirinya untuk maju membaktikan diri membangun Riau.
Menggandeng Muhammad Wardan tokoh berokrat yang agamis, sukses meniti karir dari daerah sampai menjadi Kadis di Pemprov Riau. Terpilih dua priode sebagai Bupati Kabupaten Indragiri Hilir. Penulis pertama kali bertemu dengan beliau sekitar tahun 2003 di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Indragiri Hilir yang beliau Kadisnya, saat melaksankan tugas jurnalis.
Kemudian sempat insten berhubungan karena kepentingan dinas waktu beliau menjabat sekdako Pekanbaru rentang waktu tahun 2011 sampai 2012, terkait tugas saya sebagai komisioner KPU Kota Pekanbaru. Hubungan kami tetap terjalin baik selama beliau menjabat di Pemprov Riau. Setelah beliau pulang kampung menjadi Bupati Indragiri Hilir, saya tidak lagi melakukan kontak dengan beliau, sampai sekarang.
Beliau seorang pejabat publik yang agamis, santun dan ramah pada semua orang itu yang penulis lihat selama mengenal dan berinteraksi baik secara personal maupun institusi dengan beliau. Tentang apa yang telah beliau lakukan tentunya tidak bisa dihitung, dengan panjang tugas, banyak tempat penugasan yang telah dilakoninya. Hal ini tentu menjadi pertimbangan dipasangkan dengan Nasir.
Bersatunya Pengusaha Politikus dengan Birokrat sekaligus mantan bupati ini, tentunya dapat menjadi NAWAITU dalam mewujudkan Riau Emas.
Tiga Pasangan Bacalon Gubri dan Wagubri yang telah diusung dan didaftarkan gabungan Partai di KPU Riau, adalah tokoh-tokoh yang telah teruji menurut bidangnya masing-masing. Mereka berpasangan untuk saling melengkapi, semuanya berkeinginan untuk mengabdikan diri sebagai pemimpin pembangunan di Propinsi Riau.
Pilihan ada pada Masyarakat Riau, kata pepatah “Tepuk Dada Tanya Selera” pasangan manapun nanti yang terpilih itulah yang terbaik memimpin Propinsi Riau lima tahun kedepan.
*Pemerhati Sosial, Politik dan Agama