Cerpen Abdul Wahid
Surat buat Ayah… Umi…
SUARA nada dering khas panggilan masuk dari Ayah terdengar sayup ditelingaku, jam diponsel baru menunjukan pukul sepuluh lewat lipuluh enam menit, rupanya Aku tertidur setelah Isya tadi.
“ Assalamualaikum..” Suara Ayah diujung telepon
“Waalaikumsalam, iya Yah,” jawab Ku
“Abang dimana” tanya Ayah
“Dirumah Yah, ketiduran, “ujar Ku
“Selamat Ya Nak, Alhamdulillah, Abang lulus di formasi kerja yang abang pilih, jaga amanah dengan bekerja dan berprestasi terbaik,” suara Ayah terdengar berat
“Alhamdulillah, belum lihat Abang pengumumannya Yah, terimakasih ya Yah,” jawabku gembira
Aku membuka beberapa pesan masuk WA, dan benar sudah ada pengumuman ke lulusan formasi kerja yang Aku ikuti beberapa tesnya sejak tiga bulan lalu.
“Alhamdulillah Ya Allah, betapa besar karunia dan kasih sayang Mu untuk hamba,” ucapku.
Tanpa terasa ada butiran air mata membasahi pipiku, rasa haru yang tidak dapat diungkap, terbayang bagaimana Aku nyaris gagal melengkapi persyaratan administrasi karena kelalain dalam mempersiapkannya, akibat memang Aku tidak fokus untuk mengikuti.
Namun karena kesabaran Ayah dan Umi yang terus memotivasi, menguatkan dan meyakinkanku bahwa kesempatan hanya satu kali, tidak akan terulang lagi. Begitu juga dengan istriku yang setia mendampingi dan membantu ku.
Aku merasa begitu beruntung dan berhutang banyak pada keluarga yang mencintai tiada henti, sedangkan Aku belum bisa berbuat apa-apa untuk mereka. Dalam heningnya malam Aku mengungkapkan isi hati yang telah lama terpendam pada Ayah dan Umi, dalam sepujuk surat yang ku kirim ke grup khusus keluaga.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ayah… Umi…
Maaf jika surat ini terasa tiba-tiba. Tapi dari hati yang paling dalam, abg hanya ingin menyampaikan sesuatu yang sudah lama ingin abg ungkapkan…
Terima kasih…
Atas setiap sabar ayah umi dalam mendidikku,
Atas setiap air mata yang ayah umi sembunyikan hanya demi melihat abg tersenyum..
Atas doa-doa ayah umi yang diam-diam menyelamatkan abg saat abg bahkan tak tahu arah...
Abg sadar…
Abg masih jauh dari kata anak yang berbakti...
Abg masih sering mengecewakan,
Masih banyak kekurangannya,
Masih belajar menjadi lebih baik...
Tapi satu hal yang tak pernah berubah:
Abg sangat mencintai ayah umi..
Cinta yang mungkin tak bisa abg ucapkan setiap hari,..
Tapi selalu abg doakan dalam setiap sujud abg..
Ayah… Umi…
Terima kasih karena tak pernah meninggalkan,
Karena tetap merangkul bahkan ketika kecewa,
Karena percaya pada abg, bahkan ketika abg kehilangan arah....
Doakan abg…
Agar bisa menjadi anak yang tak hanya membuat bangga di dunia,..
Tapi juga menjadi amal jariyah ayah umi di akhirat...
Abg ingin menjadi alasan ayah umi tersenyum..
Bukan hanya karena berhasil...
Tapi karena abg tak pernah berhenti mencintai dan mendoakan ayah umi...
Sayang selalu,
Anakmu, AW...
????????






























































