Sabtu, 30 Maret 2024 - 07:05:56 WIB

Oleh: Masrizal Al Husyaini

Membumikan Iktikaf di Akhir Ramadhan

Masrizal Al Husyaini

https://riaupunya.com/gambar/foto/6064718598.png

SALAH satu amalan yang disunahkan, juga salah satu katagori sunnah muakkad dalam kajian fiqih di bulan ramadhan akhir yang kurang mendapat perhatian dan kurang pengamalan dari umat islam adalah iktikaf. Betapa tidak diakhir ramadhan masjid, surau, musalla, semakin sepi, jamaah pada beralih ke pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan menjelang hari raya. Bahkan ada yang pulang ke kampung halaman. Padahal ibadah ini sungguh memberikan kenikmatan spiritual yang besar. Esensi iktikaf adalah berdiam diri, menahan diri (dalam ibadah), tekun, penuh konnsentrasi dan konsistensi dalam ketaatan dan kedekatan spiritual dengan Allah SWT melalui tazkiyatun nafs di masjid.

Allah SWT berfirman dalam al-Quran:

وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عَاكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ

Artinya: Janganlah kamu campuri mereka itu (isteri-isterimu), sedang kamu beritikaf dalam masjid [Q.S.Al-Baqarah/2: 187].

Tujuan utama iktikaf adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mensucikan hati dan pikiran serta merasa selalu diawasi oleh Allah SWT menanamkan sifat muraqabah dan ihsan dalam kehidupan, iktikaf melatih konsentrasi dan membiasakan tekun beribadah semata mata mengharap ridha-Nya, dan tentunya belajar menjadi ahli masjid, belajar untuk khusuk penuh ketaatan, konsentrasi dan konsistensi ketika sudah berada di masjid pada waktu akhir ramadhan.

Iktikaf memberi ruang kesadaran spiritual bagi kita untuk kembali menata dan meluruskan pola pikir kita bahwa kesibukkan duniawi itu tidak pernah ada habisnya dan tidak abadi. Kesibukkan duniawi tidak boleh melengahkan dan melupakan muslim dari mengingat Allah SWT di rumah-Nya yang suci, masjid terdekat kita tinggal, atau di masjid yang diperintahkan kita hadir bersungguh sungguh pergi ke tempat tersebut Masjid Nabawi Madinah, Masjid Al Haram Mekkah, Masjid al Quds Palestina.

Iktikaf adalah ibadah para Nabi dan Rasul pilihan, pengejewantahan dari beberapa Riwayat hadis Nabi Muhammad SAW di bulan yang penuh berkah ini hal yang abadi dan menjadi bekal kehidupan yang ukhrawi adalah spritualisme diri dengan tekun dan khusuk beribadah dengan-Nya saat kebanyakkan orang sibuk dengan urusan duniawi.

Iktikaf merupakan cerminan dari hamba Allah SWT yang patuh, khusuk dalam beribadah kepada-Nya. Iktikaf menyadarkan kita pentingnya menyisakan ruang dan waktu untuk berada dalam masjid, musolla, surau, meunasah sehingga spritualisasi diri melalui iktikaf ini dapat melejitkan kecerdasan spiritual, mental dan moral yang tangguh.

Iktikaf adalah sarana pendekatan diri kepada Allah SWT yang paling tulus, iktikaf mengharuskan kita melepas diri dari keasyikan dunia menuju spiritual yang tinggi, kecerdasan emosional dan intektual kepada Allah SWT melalui transit kerumah-Nya di akhir akhir sepuluh ramadhan, beberapa saat hadir di rumah-Nya dengan iktikaf, kecerdasan spiritual, emosional, intelektual kita menjadi lebih meningkat dan tidak mudah tergoda oleh hiruk pikuk materialisme dan hedonisme ke duniawian. Sebagai aktualisasi dari sunnah Nabi SAW, alangkah meruginya jika momentum bulan ramadhan ini tidak diisi dengan iktikaf.

Penikmati iktikaf sejatinya harus menjadi komitmen setiap muslim yang merindukan surga. Sebab, tradisi baik yakni sunnah Nabi SAW di penghujung ramadhan ini bila diamalkan dengan tekun dan khusyuk, niscaya kebugaran spritual kita menjadi lebih meningkat. Dengan begitu, hati dan pikiran kita semakin mudah menangkap sinyal sinyal pancaran ilahi dalam kehidupan akan datang.

Sungguh menyedihkan dan membuat hati terluka jika di masjid masjid mulai lengang ditinggal sebahagian jamaahnya, ada yang mudik, persiapan baju lebaran, persiapan kue kue leberan, penikmat iktikaf akan menyinsingkan lengan baju, mengikat ikat pinggangnya, membangunkan ahli keluargaya untuk menjemput kecerdasan emosional, spitual, dan Intektual. Hal ini kita bisa melakukan transformasi menjemput al qadar, malam seribu bulan untuk mengubah takdir kehidupan.

Dalam Ibadah para ulama ulama mazhab memberikan syarat dan rukun akan hal ketentuan tersebut, maka sejatinya sesungguh iktikaf itu jika dikaji dalam kajian mazhab memiliki antara lain seperti dibawah ini:

Syarat syarat dan rukun iktikaf antara lain; Islam, Berakal, mumayzi, bertempat di masjid dan dalam pandangan ulama Hanafi boleh Wanita iktikaf dirumahnya, Berniat dengan berdiamnya seseorang di masjid, Puasa, Suci dari hadas, suci dari haid, junub, nifas, izin suami bagi wanita yang beristri.

Hal hal adab dalam beriktikaf antara lain: Bagi yang beriktikaf mengisi kegiatan dengan tilawah al Quran, zikir, sholawat, taklim, muhasabah, istighfar, di sunnahkan puasa baginya sama ada iktikaf nazar atau iktikaf sunnah di akhir Ramadhan. Dikerjakan amalan utama masjid jamik atau masjid yang ada sholat jumat atau masjid yang ditunjuk oleh pemerintah, kemudian bisa memilih masjid al haram Makkah, Masjid Nabawi Madinah dan masjid al aqsha, dianjurkan di sepuluh Ramadhan melaksanakan iktikaf, orang yang beriktikaf di sunnahkan tinggal di masjid, orang yang iktikaf hendaknya menjauhi segala perbuatan dan perkataan yang sia sia tidak ada kaitan ibadah.

Hal yang sangat dibutuhkan untuk beriktikaf adalah komitmen hati dan disiplin ibadah dengan tulus iklash di masjid yang demikian amalan yang dianjurkan. Karena yang demikian itulah yang dilakukan Nabi SAW pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan. Semoga Wallahu’Alam. **

Cari Judul Berita

Riau Punya Update

Follow Twitter

Google+